Total Pageviews

Sunday, October 5, 2014

A Man With Snake Phobia Who Wants to Become Snake Breeder (Part 1)

The Beginning

Intro:
  Nama saya Feldy Mohrisar, kelahiran Jakarta, 8 November 1988. Kalau dilihat dari judulnya sangat aneh memang, bagai mana bisa seorang yang fobia terhadap ular tapi ingin menjadi peternak ular. Sangat langka memang, tetapi itulah yang terjadi dalam kehidupan saya. Dalam artikel ini saya akan membahas perjalanan saya sampai menggeluti hobi saya sekarang ini.

Childhood Life:
 Saya tinggal di Jakarta sampai TK besar. Almarhum papi saya hobi berternak ikan, ayam, bebek & juga berkebun untuk disantap sendiri hasilnya, om saya yang bernama Tony Wahyu sudah melihara reptil terutama python reticulatus/sanca batik & green iguana. Setelah lulus TK saya pindah ke Purwokerto, saat tahun pertama tiba disini salah satu om saya sedang berternak ayam, burung dara, burung kicau sampai jangkrik untuk diadu & dilombakan. Mungkin karena pengalaman itulah saya jadi sangat tertarik terhadap dunia hewan, akan tetapi diantara semua hewan tersebut hanya ular yang membuat saya benar-benar takut untuk mendekat maupun melihat dalam waktu lama. Fobia yang saya alami pasti dialami sebagian besar orang, yaitu fobia yang terbentuk karena persepsi negatif yang melekat dimasyarakat.

Selama di Purwokerto sampai SMA, saya sempat beberapa kali melihara burung, kura-kura brazil & ikan. Akan tetapi semuanya bukan saya yang merawat sendiri, alhasil saat pembantu saya pulang kampung hewan yang saya miliki banyak yang mati & burung kutilang yang suaranya sudah sangat merdu lepas entah kemana. Setelah itu saya tidak pernah memelihara hewan apapun & lebih suka bermain game online didepan komputer, sampai akhirnya saya kembali ke Jakarta untuk kuliah di UBiNus & perjalanan awal pun dimulai pada tahun 2006 (saya Binusian 2010).

University Life:
 Selama kuliah kebiasaan bermain game saya semakin parah, sampai akhirnya untuk pertama kalinya saya melihat wajah hamster yang lucu. Saya sangat tertarik & sangat ingin memeliharanya, lalu saya teringat pengalaman waktu kecil selama memelihara binatang. Karena rasa ingin memelihara yang besar akhirnya saya bertanya kepada teman saya tentang cara memeliharanya sampai sangat detil, lima hari setelah itu saya merasa siap untuk memelihara & akhirnya saya membeli pet pertama yaitu sepasang hamster jenis Winter White Pearl & Hybrid Golden.

Winter White Pearl & Hybrid Golden

Setelah memelihara ternyata rasa keingin tahuan saya tidak juga mereda, akhirnya saya masuk kekomunitas Hamster Lovers di Kaskus. Disana saya belajar bagaimana berternak hamster termasuk jenis genetiknya dari kaskuser Trilala (Reza), hanya saja karena jurusan saya waktu SMA di IPS jadi benar-benar tidak mengerti apa yang dia sampaikan (kemampuan menangkap saya bisa dibilang rendah). Beberapa minggu kemudian hamster saya pun beranak untuk yang pertama kalinya, rasanya sangat wah sekali memelihara pet dari kecil sampai mempunyai keturunan.

Pinkies pertama

First Chance:
Satu bulan kemudian saya sudah mempunyai kekasih yang bernama Eis Himawati & ingin menjadi hubungan serius dengannya & muncullah pemikiran "Wah... Kalau diternak lumayan nih hasilnya.", waktu itu hamster masih lumayan harganya. Lalu saya menjual anakan hamster saya & mendapatkan hasil sekitar Rp900.000,-, total yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga hamster sekarang ini. Setelah itu saya mulai menambah koleksi & menjadi reseller makanan racikan Happy Nutri milik jimbo.0204 (Jimmy).

Roborovski White Face
Hybrid Golden Red Eyes
Syrian Banded Short Hair & Happy Nutri

Second Chance:
Saya hanya bertahan selama satu tahun didunia hamster karena melihat harga pasar yang selalu turun akibat dari membanjirnya hamster dipasaran, ditambah lagi saat itu keluarga saya sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga saya memilih berenti kuliah & mencoba berternak hewan lain. Setelah mencari-cari pilihan saya pun jatuh pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius), saya pun langsung menuju forum komunitas Leopard Gecko Lovers di Kaskus sampai akhirnya berkenalan dengan idefour (Windu Samudra) yang bisa dibilang memiliki pengetahuan di Leopard Gecko lebih tinggi diantara kaskuser lain disana. Karena yang saya pelihara kali ini adalah reptil, saya pun membuat id di reptilx.com & membaca sedikit beberapa topik disana. Entah kenapa saya ngerasa kurang suka berada di ReptilX, mungkin karena senioritas yang tinggi yang sangat bertolak belakang dengan topik di Kaskus yang saling berbagi informasi. Setelah informasi yang saya dapat cukup, saya langsung minta tolong bantuan om Tony Wahyu untuk dicarikan Leopard Gecko morph Snow. Setelah dapat & saya pelihara ternyata Leopard Gecko tersebut hasil ternak  Windu Samudra yang selama ini saya tanyai di Kaskus & saya pikir "Wah kebetulan nih kenal sama om saya, saya harus dapat ilmu darinya.", sampai saya minta ditemani kekasih saya untuk kerumah Windu Samudra di Jakarta Timur untuk belajar tentang sifat gen, membedakan morph & cara berternak.

Hypo Snow Male

Tak terasa waktu enam bulan pun sudah berlalu & saya sudah memiliki empat ekor Leopard Gecko, saya juga sudah sempat melakukan inkubasi telur karena betina pertama yang saya beli ternyata sedang isi perutnya. Karena merasa jenuh, saya pun ingin memiliki reptil lain. Tadinya saya ingin membeli Black & White Argentine Tegu (Tupinambis merianae) karena sedang booming & masih sedikit yang memilikinya, lalu saya berpikir "Main reptil tapi kok takut megang ular, kan ngak lucu". Akhirnya saya putuskan untuk memiliki ular terlebih dahulu & mulai mencari informasi jenis ular yang cocok untuk pemula seperti saya.

Hypo Snow Female
Ruby Eyes Tremper Orange (RAPTOR)
Super Hypo Tangerine Carrot Tail (SHTCT)
Macksnow
Tremper Albino

Two Choice:
Setelah beberapa hari mencari informasi ular untuk pemula, saya pun harus memilih antara Ball Python / Royal Python (Python Regius) dengan Cornsnake (Pantherophis guttatus). Saya pun mulai bertanya kepada teman-teman saya yang sudah pernah memelihara ular & sambil membaca-baca informasi topik masing-masing di Kaskus. Setelah melalui pertimbangan saya pun menjatuhkan pilihan kepada Ball Python, akan tetapi saya tidak langsung membeli mengingat saya fobia & sama sekali tidak pernah terlintas dibenak saya untuk menyentuh ular sedikit pun. Saya coba berkunjung ketempat om saya Tony Wahyu, setibanya disana kebetulan pegawainya sedang membersihkan kandang Dipong/Blood Python (Python curtus brongersmai, Python curtus curtus, Python curtus breitensteini). Saya pun mendekat & minta tolong pegawainya untuk diambilkan ular tersebut, kesan pertama yang saya dapatkan adalah dingin & kesat ternyata badan ular itu sampai beberapa detik sekujur badan merinding sampai keubun-ubun kepala membuat saya berkeringat dingin & tidak dapat bergerak. Pengalaman pertama memegang ular hampir membuat saya tidak dapat berjalan karena gemetar, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan niat saya untuk memelihara ular.

Satu minggu kemudian ada mahasiswa BiNus angkatan baru bernama William Rusli yang ingin membeli Leopard Gecko saya, kami sempat cerita sedikit tentang reptil & saya mengajukan diri untuk CoD sekalian mampir ke kosnya karena dia memiliki Ball Python. Akhirnya saya sampai dikos William siang hari setelah melakukan perjalanan dua jam dari Cengkareng (setelah berhenti kuliah saya pindah kekontrakan didekat rumah kekasih saya didaerah Tanah Koja), setelah sedikit ngobrol ternyata dia juga baru didunia reptil & baru kali itu juga memelihara reptil. Saya lalu meminta ijin untuk memegang Ball Python miliknya, ke dua kalinya memegang ular rasa gemetar saya masih ada walaupun tidak separah yang pertama tetapi cukup membuat saya terlihat pucat  karena menahan rasa takut. Sore pun tiba, saya kembali ke kontrakan & langsung mencari video cara handle Ball Python di youtube sampai bagaimana gerakan jika ingin strike & cara menangani luka.

The Ball Python:
Tiga hari kemudian saya nekat pergi ke Savera Reptile  di Kartini Raya & sempat salah jalan karena baru pertama kali kesana sendirian, setelah sampai saya sempat ngobrol2 dengan ci Lyna. Saya mengatakan kalau ingin membeli Ball Python Normal yang berjenis kelamin betina karena yang saya baca ukuran betina lebih besar dari pada jantan, lalu ci Lyna mengatakan "Susah, banyak banget soalnya baru datang. Coba pilih aja yang suka, ini yang susunan box normal semua.". Saya bingung bukan main sambil garuk-garuk kepala karena disuruh milih diantara tumpukan box yang ada disana, sampai akhirnya ci Lyna mengambilkan lima box isi Ball Python Normal. Entah kenapa saya merasa memilih tanpa kesulitan karena diantara lima box itu ada satu box yang yang bikin saya tertarik dari awal saya lihat ditumpukan, akhirnya box pun dibuka & hanya Ball Python yang saya sering lihat saja yang mendekat. Saya berkata dalam benak saya "Mungkin sudah jodoh.", dan saya pun pulang setelah membeli karena takut ular pertama saya terjepit saat berada di bus transjakarta.

Setibanya dikontrakan saya hanya memindahkan kedalam kontainer plastik tanpa menyentuhnya karena masih merasa takut & langsung menutupnya rapat-rapat, kontainer tersebut sudah dilubangi bagian atasnya jadi udara tetap bisa masuk. Keesokan paginya langsung saya memberanikan diri untuk menghandle dengan bermodalkan nekat, tubuh saya sepertinya sudah mulai terbiasa dengan gerakan ular & hanya sesekali saya kaget saat si ular menguap.


Lama tidak memantau perkembangan Leopard Gecko saya cukup kaget dengan penurunan harganya yang hampir seperti hamster, akhirnya minat saya ke Leopard Gecko pun semakin lama semakin menurun. Saya sama sekali tidak terlintas untuk membiakan Ball Python sebelumnya, sampai akhirnya saya mulai membaur dengan forum Ball Python di Kaskus. Saya dibuat takjub dengan warna-warna yang dimiliki oleh Ball Python, sama sekali tidak terbayang sebelumnya kalau ular bisa menghasilkan warna & corak seperti itu. Akhirnya rasa ingin berternak pun muncul, hanya saja untuk kali ini saya samasekali tidak memikirkan uang tetapi yang ada dalam pikiran saya "Apakah saya bisa menghasilkan Ball Python seperti seperti itu juga?". Akhirnya perjalanan untuk menggapai mimpi pun dimulai.


To be continued...

No comments: