The Beginning
Intro:
Nama
saya Feldy Mohrisar, kelahiran Jakarta, 8 November 1988. Kalau dilihat
dari judulnya sangat aneh memang, bagai mana bisa seorang yang fobia
terhadap ular tapi ingin menjadi peternak ular. Sangat langka memang,
tetapi itulah yang terjadi dalam kehidupan saya. Dalam artikel ini saya
akan membahas perjalanan saya sampai menggeluti hobi saya sekarang ini.
Childhood Life:
Saya
tinggal di Jakarta sampai TK besar. Almarhum papi saya hobi berternak
ikan, ayam, bebek & juga berkebun untuk disantap sendiri hasilnya,
om saya yang bernama Tony Wahyu sudah melihara reptil terutama python
reticulatus/sanca batik & green iguana. Setelah lulus TK saya pindah
ke Purwokerto, saat tahun pertama tiba disini salah satu om saya sedang
berternak ayam, burung dara, burung kicau sampai jangkrik untuk diadu
& dilombakan. Mungkin karena pengalaman itulah saya jadi sangat
tertarik terhadap dunia hewan, akan tetapi diantara semua hewan tersebut
hanya ular yang membuat saya benar-benar takut untuk mendekat maupun
melihat dalam waktu lama. Fobia yang saya alami pasti dialami sebagian
besar orang, yaitu fobia yang terbentuk karena persepsi negatif yang
melekat dimasyarakat.
Selama
di Purwokerto sampai SMA, saya sempat beberapa kali melihara burung,
kura-kura brazil & ikan. Akan tetapi semuanya bukan saya yang
merawat sendiri, alhasil saat pembantu saya pulang kampung hewan yang
saya miliki banyak yang mati & burung kutilang yang suaranya sudah
sangat merdu lepas entah kemana. Setelah itu saya tidak pernah
memelihara hewan apapun & lebih suka bermain game online didepan
komputer, sampai akhirnya saya kembali ke Jakarta untuk kuliah di UBiNus
& perjalanan awal pun dimulai pada tahun 2006 (saya Binusian 2010).
University Life:
Selama
kuliah kebiasaan bermain game saya semakin parah, sampai akhirnya untuk
pertama kalinya saya melihat wajah hamster yang lucu. Saya sangat
tertarik & sangat ingin memeliharanya, lalu saya teringat pengalaman
waktu kecil selama memelihara binatang. Karena rasa ingin memelihara
yang besar akhirnya saya bertanya kepada teman saya tentang cara
memeliharanya sampai sangat detil, lima hari setelah itu saya merasa
siap untuk memelihara & akhirnya saya membeli pet pertama yaitu
sepasang hamster jenis Winter White Pearl & Hybrid Golden.
Winter White Pearl & Hybrid Golden |
Setelah
memelihara ternyata rasa keingin tahuan saya tidak juga mereda,
akhirnya saya masuk kekomunitas Hamster Lovers di Kaskus. Disana saya
belajar bagaimana berternak hamster termasuk jenis genetiknya dari
kaskuser Trilala (Reza), hanya saja karena jurusan saya waktu SMA di IPS
jadi benar-benar tidak mengerti apa yang dia sampaikan (kemampuan
menangkap saya bisa dibilang rendah). Beberapa minggu kemudian hamster
saya pun beranak untuk yang pertama kalinya, rasanya sangat wah sekali
memelihara pet dari kecil sampai mempunyai keturunan.
Pinkies pertama |
First Chance:
Satu
bulan kemudian saya sudah mempunyai kekasih yang bernama Eis Himawati
& ingin menjadi hubungan serius dengannya & muncullah pemikiran
"Wah... Kalau diternak lumayan nih hasilnya.", waktu itu hamster masih
lumayan harganya. Lalu saya menjual anakan hamster saya &
mendapatkan hasil sekitar Rp900.000,-, total yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan harga hamster sekarang ini. Setelah itu saya mulai
menambah koleksi & menjadi reseller makanan racikan Happy Nutri
milik jimbo.0204 (Jimmy).
Roborovski White Face |
Hybrid Golden Red Eyes |
Syrian Banded Short Hair & Happy Nutri |
Second Chance:
Saya
hanya bertahan selama satu tahun didunia hamster karena melihat harga
pasar yang selalu turun akibat dari membanjirnya hamster dipasaran,
ditambah lagi saat itu keluarga saya sedang mengalami kesulitan keuangan
sehingga saya memilih berenti kuliah & mencoba berternak hewan
lain. Setelah mencari-cari pilihan saya pun jatuh pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius),
saya pun langsung menuju forum komunitas Leopard Gecko Lovers di Kaskus
sampai akhirnya berkenalan dengan idefour (Windu Samudra) yang bisa
dibilang memiliki pengetahuan di Leopard Gecko lebih tinggi diantara
kaskuser lain disana. Karena yang saya pelihara kali ini adalah reptil,
saya pun membuat id di reptilx.com & membaca sedikit beberapa topik
disana. Entah kenapa saya ngerasa kurang suka berada di ReptilX, mungkin
karena senioritas yang tinggi yang sangat bertolak belakang dengan
topik di Kaskus yang saling berbagi informasi. Setelah informasi yang
saya dapat cukup, saya langsung minta tolong bantuan om Tony Wahyu untuk
dicarikan Leopard Gecko morph Snow. Setelah dapat & saya pelihara
ternyata Leopard Gecko tersebut hasil ternak Windu Samudra yang selama
ini saya tanyai di Kaskus & saya pikir "Wah kebetulan nih kenal sama
om saya, saya harus dapat ilmu darinya.", sampai saya minta ditemani
kekasih saya untuk kerumah Windu Samudra di Jakarta Timur untuk belajar
tentang sifat gen, membedakan morph & cara berternak.
Hypo Snow Male |
Tak
terasa waktu enam bulan pun sudah berlalu & saya sudah memiliki
empat ekor Leopard Gecko, saya juga sudah sempat melakukan inkubasi
telur karena betina pertama yang saya beli ternyata sedang isi perutnya.
Karena merasa jenuh, saya pun ingin memiliki reptil lain. Tadinya saya
ingin membeli Black & White Argentine Tegu (Tupinambis merianae)
karena sedang booming & masih sedikit yang memilikinya, lalu saya
berpikir "Main reptil tapi kok takut megang ular, kan ngak lucu".
Akhirnya saya putuskan untuk memiliki ular terlebih dahulu & mulai
mencari informasi jenis ular yang cocok untuk pemula seperti saya.
Hypo Snow Female |
Ruby Eyes Tremper Orange (RAPTOR) |
Super Hypo Tangerine Carrot Tail (SHTCT) |
Macksnow |
Tremper Albino |
Two Choice:
Setelah beberapa hari mencari informasi ular untuk pemula, saya pun harus memilih antara Ball Python / Royal Python (Python Regius) dengan Cornsnake (Pantherophis guttatus).
Saya pun mulai bertanya kepada teman-teman saya yang sudah pernah
memelihara ular & sambil membaca-baca informasi topik masing-masing
di Kaskus. Setelah melalui pertimbangan saya pun menjatuhkan pilihan
kepada Ball Python, akan tetapi saya tidak langsung membeli mengingat
saya fobia & sama sekali tidak pernah terlintas dibenak saya untuk
menyentuh ular sedikit pun. Saya coba berkunjung ketempat om saya Tony
Wahyu, setibanya disana kebetulan pegawainya sedang membersihkan kandang
Dipong/Blood Python (Python curtus brongersmai, Python curtus curtus, Python curtus breitensteini).
Saya pun mendekat & minta tolong pegawainya untuk diambilkan ular
tersebut, kesan pertama yang saya dapatkan adalah dingin & kesat
ternyata badan ular itu sampai beberapa detik sekujur badan merinding
sampai keubun-ubun kepala membuat saya berkeringat dingin & tidak
dapat bergerak. Pengalaman pertama memegang ular hampir membuat saya
tidak dapat berjalan karena gemetar, tetapi hal tersebut tidak
menyurutkan niat saya untuk memelihara ular.
Satu
minggu kemudian ada mahasiswa BiNus angkatan baru bernama William Rusli
yang ingin membeli Leopard Gecko saya, kami sempat cerita sedikit
tentang reptil & saya mengajukan diri untuk CoD sekalian mampir ke
kosnya karena dia memiliki Ball Python. Akhirnya saya sampai dikos
William siang hari setelah melakukan perjalanan dua jam dari Cengkareng
(setelah berhenti kuliah saya pindah kekontrakan didekat rumah kekasih
saya didaerah Tanah Koja), setelah sedikit ngobrol ternyata dia juga
baru didunia reptil & baru kali itu juga memelihara reptil. Saya
lalu meminta ijin untuk memegang Ball Python miliknya, ke dua kalinya
memegang ular rasa gemetar saya masih ada walaupun tidak separah yang
pertama tetapi cukup membuat saya terlihat pucat karena menahan rasa
takut. Sore pun tiba, saya kembali ke kontrakan & langsung mencari
video cara handle Ball Python di youtube sampai bagaimana gerakan jika
ingin strike & cara menangani luka.
The Ball Python:
Tiga hari kemudian saya nekat pergi ke Savera Reptile di
Kartini Raya & sempat salah jalan karena baru pertama kali kesana
sendirian, setelah sampai saya sempat ngobrol2 dengan ci Lyna. Saya
mengatakan kalau ingin membeli Ball Python Normal yang berjenis kelamin
betina karena yang saya baca ukuran betina lebih besar dari pada jantan,
lalu ci Lyna mengatakan "Susah, banyak banget soalnya baru datang. Coba
pilih aja yang suka, ini yang susunan box normal semua.". Saya bingung
bukan main sambil garuk-garuk kepala karena disuruh milih diantara
tumpukan box yang ada disana, sampai akhirnya ci Lyna mengambilkan lima
box isi Ball Python Normal. Entah kenapa saya merasa memilih tanpa
kesulitan karena diantara lima box itu ada satu box yang yang bikin saya
tertarik dari awal saya lihat ditumpukan, akhirnya box pun dibuka &
hanya Ball Python yang saya sering lihat saja yang mendekat. Saya
berkata dalam benak saya "Mungkin sudah jodoh.", dan saya pun pulang
setelah membeli karena takut ular pertama saya terjepit saat berada di
bus transjakarta.
Setibanya
dikontrakan saya hanya memindahkan kedalam kontainer plastik tanpa
menyentuhnya karena masih merasa takut & langsung menutupnya
rapat-rapat, kontainer tersebut sudah dilubangi bagian atasnya jadi
udara tetap bisa masuk. Keesokan paginya langsung saya memberanikan diri
untuk menghandle dengan bermodalkan nekat, tubuh saya sepertinya sudah
mulai terbiasa dengan gerakan ular & hanya sesekali saya kaget saat
si ular menguap.
Lama
tidak memantau perkembangan Leopard Gecko saya cukup kaget dengan
penurunan harganya yang hampir seperti hamster, akhirnya minat saya ke
Leopard Gecko pun semakin lama semakin menurun. Saya sama sekali tidak
terlintas untuk membiakan Ball Python sebelumnya, sampai akhirnya saya
mulai membaur dengan forum Ball Python di Kaskus. Saya dibuat takjub
dengan warna-warna yang dimiliki oleh Ball Python, sama sekali tidak
terbayang sebelumnya kalau ular bisa menghasilkan warna & corak
seperti itu. Akhirnya rasa ingin berternak pun muncul, hanya saja untuk
kali ini saya samasekali tidak memikirkan uang tetapi yang ada dalam
pikiran saya "Apakah saya bisa menghasilkan Ball Python seperti seperti
itu juga?". Akhirnya perjalanan untuk menggapai mimpi pun dimulai.
To be continued...
No comments:
Post a Comment